Pulau sumatera merupakan pulau dengan kawasan hutan yang didalamnya terdapat banyak satwa liar dilindungi oleh Undang-undang dan beberapa satwa liar tersebut memiliki status terancam punah berdasarkan IUCN. Ancaman nyata yang dihadapi oleh kawasan hutan dan satwa liar adalah adanya deforestasi yang mengubah fungsi hutan manjadi areal penggunaan lain. Selain itu aktifitas ilegal yang dilakukan didalam kawasan konservasi juga mengakibatkan hutan terdegradasi dan menurunkan kualitas hutan itu sendiri. Kemudian fragmentasi habitat dan perburuan juga turut andil dalam kerusakan hutan di pulau sumatera serta menurunnya populasi satwa liar dilindungi di Indonesia. Tidak banyak kawasan hutan dengan kondisi yang masih baik dengan habitat yang masih terjaga dan ekosistem yang masih seimbang. Salah satu kawasan hutan dengan habitat yang masih terjaga dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi adalah TWNC yang merupakan bagian dari kawasan konservasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung.
TWNC merupakan habitat penting untuk satwa liar. TWNC terdiri dari hutan sekunder dan hutan primer serta beberapa hutan yang telah terdegradasi terutama di wilayah perbatasan dengan desa penyangga yang sebelumnya menjadi lokasi perambahan. Program perlindungan dan pengamanan serta program pembinaan habitat dan populasi satwa liar kawasan konservasi yang telah dilakukan secara kolaboratif oleh BBTNBBS, BKSDA Bengkulu dan PT Adhiniaga Kreasinusa (TWNC) menjadikan TWNC surga hidupan liar untuk hidup, tumbuh dan berkembang bagi satwa liar.
Terdapat 5 jenis kucing liar yang termasuk ke dalam family Felidae yang berada di kawasan konservasi di TWNC. Berdasarkan hasil penelitian baik dengan cara pengamatan secara langsung maupun tidak langsug seperti dengan menggunakan alat kamera jebak (camera trap), jenis kucing liar tersebut antara lain Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Macan Dahan (Neofelis diardi diardi), Kucing Hutan (Prionailurus bengalensis), Kucing Batu (Pardofelis marmorata) dan Kucing Emas (Pardofelis temminckii).
Harimau sumatera merupakan jenis kucing liar terbesar yang termasuk kedalam umbrella species atau spesies payung dan menjadi top predator atau berada pada puncak rantai makanan jika dibanding dengan jenis kucing lainnya. Secara umum kucing berperan penting dalam pengendalian populasi dan perilaku satwa liar lainnya dan tentunya akan berpengaruh terhadap ekosistem secara keseluruhan di lanskap TWNC.
Di TWNC, penelitian terhadap jenis kucing liar terutama terhadap Harimau Sumatera telah dilakukan sejak tahun 2012 hingga saat ini. Penelitian dilakukan dengan memasang camera trap di wilayah TWNC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selain harimau sumatera, jenis kucing-kucingan dan satwa mangsa (prey) yang lain juga tertangkap pada camera trap tersebut. Sampai dengan saat ini tim konservasi TWNC bersama dengan Ranger telah berhasil mendifentifikasi 43 jenis individu harimau sumatera yang berbeda dan mempunyai kepadatan mencapai 5,9 individu per 100 km persegi sehingga TWNC mendapatkan penghargaan sebagai kawasan perlindungan dan pengelolaan harimau sumatera terbaik karena memiliki kepadatan tertinggi di Asia Tenggara.
Namun tingginya kepadatan dan populasi harimau sumatera tersebut tidak lepas dari tingginya ancaman perburuan dan ancaman lain yang mengganggu habitat satwa liar di TWNC seperti kasus pembakaran pos pengamanan di kawasan konservasi oleh oknum masyarakat pada tahun 2014. Kejadian tersebut telah mengakibatkan tingginya aktifitas perburuan sehingga menurunkan kepadatan dan populasi harimau sumatera pada tahun berikutnya.
Intervensi pengelolaan pembinaan habitat dan populasi satwa liar diiringi dengan pengamanan dan perlindungan kawasan konservasi yang intensif merupakan kunci bagi suatu kawasan hutan baik itu hutan yang telah terdegradasi, hutan sekunder dan hutan primer agar satwa liar didalamnya dapat tumbuh dan berkembangbiak terutama untuk satwa kunci yang terancam punah.
Penulis: Ardi Bayu Firmansyah, S.Hut., M.Sc.
Tambling Wildlife Nature Conservation